DALAM RINTIHAN SESAL CHAPTER 1
Dalam Rintihan Sesal
Di tengah sepinya malam yang
menjelma menjadi sebuah asa penuh luka, Syeilla termenung sendirian di
kamarnya. Ia menanti datangnya secerca kebahagiaan yang entah kapan datang.
Hatinya hampa tanpa ada hiasan dalam jiwa.
“Toktoktok...Toktoktok...Toktoktok....”
terdengar suara ketokan pintu yang mengusik lamunannya.
“Siapa di situ?
Masuklah, pintunya nggak dikunci kok, ”kata Syeilla sembari mengarahkan
pandangannya ke arah daun pintu itu.
“Ini bibik, non,
” jawab seseorang yang sepertinya yang mengetok pintu tadi sembari masuk ke
kamar Syeilla.
“Oh..bibik toh.
Ada apa, bik? ”
“Begini non,
ada teman non Syeilla yang datang untuk menanyakan sesuatu hal yang penting
katanya. Dia lagi nunggu di ruang tamu sekarang
“
“Oh memangnya
siapa? “
“Itu lho Non
Kiky temen sekelas Non Syeilla, “
“Baik, bi.
Terima kasih ya”
“Ya, sama-sama,
“
Syeilla pun
melangkah menuju ke ruang tamu untuk menemui Kiky dan tak lupa membawakan
mimuman serta cemilan untuk sahabat dekatnya tersebut.
“Tumben datang
ke rumahku malam-malam. Ada angin apa nih? “
“Angin ribut,
La, “
“Ah kamu tuh
bisa aja, “
“Gini loh aku
tuh datang ke sini mau ngasih tau kamu bahwa kamu itu terpilih membacakan puisi
untuk acara hari ibu besok, “
“Kok dadakan
sih? Aku jadi belum ada persiapan apapun. Apalagi puisinya pasti hasil karya
sendiri kan? “
“Ya. Hehehe,
maaflah aku juga baru dikasih tahu Bu Klafa sewaktu ketemu saat pulang sekolah
tadi kok “
“Oh..gitu. Kira-kira
aku bisa nggak ya? ”
“Aku yakin kamu
pasti bisa deh!! Kamu kan jago kalau suruh buat dan baca puisi, istilahnya udah
masternya deh, “ kata Kiky penuh semangat.
“Kamu bisa aja.
Tapi aku harus buat puisi apa ya, kan aku nggak pernah merasakan kasih sayang
dari sosok ibu? “ mulai terlukis kesedihan di wajahnya.
Kiky pun baru
menyadari kalau sahabatnya itu sudah kehilangan ibunya sejak lahir. Dia jadi
merasa tidak enak hati akan apa yang ia ucapkan sedih dari tadi telah membuat
Syeilla menjadi sedih.
“Bagaimana
kalau tentang ayah? Aku yakin kau pasti bisa membuatnya, “
“Semoga saja,
kalau itu juga boleh. Kan acaranya hari ibu masak puisinya tentang ayah sih.
Nggak nyambung kan? “ jawabnya dengan nada lesu
“Kok kamu kelihatan
putus asa gitu sih? Harusnya kamu bersemangat dong!!!!!!!! Karena dengan cara ini mungkin saja ayahmu
dapat menerimamu! Dan aku yakin pasti boleh. Nanti biar aku yang ngomong sama
Bu Klafa deh, “ hibur Kiky yang memang sudah tahu apa yang telah terjadi pada
sahabatnya selama ini.
“Amiiin, “
mulai tumbuhlah bunga-bunga bahagia dari dirinya.
Selama beberapa
menit, mereka berdua pun mengobrol tentang apa yang harus Syeilla persiapkan
saat acara hari ibu di sekolah besok. Syeilla bingung dia harus senang atau
tidak mendengar berita itu. Karena dia belum ada persiapan sama sekali. Apalagi
puisi yang ia bacakan harus karyanya sendiri. Tapi Kiky, sahabatnya memberikan
dukungan yang besar untuk Syeilla supaya tidak menyerah dan terus bersemangat.
Ia Kiky yakin bahwa Syeilla pasti bisa.
Karena waktu
sudah semakin malam, Kiky pun pamit pulang. Syeilla mengantarkan Kiky sampai
depan gerbang rumahnya. Bersamaan dengan pulangnya Kiky, Ayah Syeilla pulang
dari bekerja. Syeilla menyabut kepulangan ayahnya dengan suka cita. Tapi, sang
ayah sama sekali tak memperdulikannya dan masuk ke dalam rumah begitu saja
membiarkan Syeilla di luar rumah sendirian. Kecewa pun melanda dirinya. Syeilla
pun masuk ke dalam rumah dengan wajah sedih dan langsung menuju ke kamarnya
sambil menahan air mata. Sang bibik yaitu Bu Aminah pun juga ikut sedih melihat
sang majikan. Bu Aminah pun menghampiri Syeilla dan berusaha menghiburnya.
“Udah non
jangan sedih dong, nanti bibik jadi ikutan sedih nih, “
“Bibik,
sebenarnya apa sih salahku, kenapa ayah tak pernah menganggapku? “ kata Syeilla
yang menangis sambil memeluk pembantunya tersebut.
“Non Syeilla
tak salah kok. Bukannya tuan tak menganggap non. Tapi mungkin saja tadi tuan
lelah jadi tak menyadari keberadaan non Syeilla deh, “
“Tidak mungkin
jelas saja aku ada di hadapannya, bik. Apa munkin aku bukan anak kandung ayah?
”
“Enggak kok,
non. Non Syeilla itu anak kandung tuan kok. Jangan pernah berpikir seperti itu
non! “
“Lalu mengapa
ayah tak pernah bersikap perhatian kepadaku? Apa ayah tak menyayangiku? “
“Saya yakin
tuan sayang sekali sama non kok. Percayalah waktu yang akan membuktikannya, “
kata Bu Aminah yang mencoba menghibur Syeilla.
“Semoga saja
apa yang bibik katakan benar-benar terjadi, “
Setelah beberapa
saat, akhirnya Syeilla pun mulai tenang dan bisa tidur dengan lelap. Melihat
keadaan majikannya itu, Bu Aminah merasa tak tega dengan apa yang dialami
Syeilla saat ini. Padahal anak seusianya seharusnya mendapat kasih sayang dan support dari orang tuanya. Terlebih
untuk anak yang harus kehilangan ibunya dari lahir. Hal ini sangat menusuk hati
Bu Aminah yang sudah 15 tahun mengurus Syeilla sejak bayi. Baginya Syeilla
merupakan anak yang sangat baik dan cerdas. Dia juga tak pernah memandang
rendah orang lain yang lebih rendah derajatnya. Namun apa dikata hidup memang
tak selalu berjalan seperti apa yang diinginkan. Bu Aminah hanya berharap kelak
majikannya itu akan hidup bahagia.
Pagi hari
cerah, burung-burung berkicau dengan indah melantunkan lagu surga yang
menyejukkan jiwa. Di dalam sebuah ruangan sempit, ada seorang gadis cantik
melontarkan kata demi kata yang terurai menjadi puisi yang indah yang membasahi
relung jiwa. Suaranya yang lembut bak belaian kain sutra, membuat orang yang
mendengar serasa di taman kedamaian. Penuh penghayatan dan perasaan yang
teramat dalam.
Namun
tiba-tiba....
“Syeil, sudah
siap belum? “ panggil sesosok wanita dewasa yang menghampirinya.
“Belum, Bu.
Saya grogi nih, takut kalau ada yang salah nanti. Dan sepertinya saya tidak
pantas mengisi acara ini. Puisi saya sangat jelek, “
“Kamu jangan
berbicara seperti itu dulu dong! Puisi yang kamu buat itu sangaaaaatttt bagus,
dan ibu yakin kamu pasti bisa. Kamu juga terlihat sangat cantik sekali seperti
bidadari dari khayangan, “
“Ah ibu bisa
saja memujinya. Saya jadi malu, “
“Hahaha............
namanya juga Bu Klafa pasti pandai memuji dong......”
Suasana yang
tadinya terlihat lumayan menegangkan lama-kelamaan melebur menjadi tawa.
Syeilla pun lebih terlihat siap dari sebelumnya. Namun yang masih ada sesuatu
yang mengganjal hatinya. Akankah sosok yang diharapkannya datang untuk sekedar
mendengar puisi yang susah payah dibuat untuk sosok tersebut. Dan sosok itu
adalah Pak Dafis, ayah kandung Syeilla yang selama 15 tahun selalu menggapnya
bagaikan angin lalu. Doa yang tercurah dari bibirnya, terus saja berisi sama
yaitu agar sang ayah datang dan ia dapat mempersembahkan untaian kata untuk
separuh jiwanya itu.
“Ya Allah, aku
mohon agar ayah datang dalam acara malam ini agar dia dapat mengetahui betapa
besarnya ombak sayangku padanya. Karena ini untuk pertama kalinya aku ada di
depan panggung. Aku harap Ayah bangga dan ada di barisan pertama dari beberapa
deretan yang ada. Aku rela jika hal ini terjadi untuk pertama dan terakhir
kalinya, “ ujarnya dalam hati yang penuh pengharapan.
Bu Klafa yang
sudah sangat mengenal murid kesayangannya itu sangat tahu sekali apa yang
sedang dirasakan Syeilla. Namun dia mencoba tak bertanya apapun tentang
kehadiran ayah Syeilla. Dia hanya bisa mencoba membuat suasana menjadi bersemangat.
Beberapa saat
kemudian, acara dimulai. Kerumunan orang satu per satu mulai datang dan
memenuhi bangku yang sudah disediakan. Para orang tua sudah tak sabar melihat
penampilan anaknya masing-masing. Pandangan Syeilla pun kesana-kemari mencari
sosok yang ia harapkan kedatangannya. Tapi tak sekalipun dilihatnya sosok itu.
Wajah murung mulai menghiasi dirinya.
Bersambung.......
0 komentar :
Posting Komentar