DALAM RINTIHAN SESAL CHAPTER 1

Minggu, 25 Februari 2018

DALAM RINTIHAN SESAL CHAPTER 1


Dalam Rintihan Sesal

            Di tengah sepinya malam yang menjelma menjadi sebuah asa penuh luka, Syeilla termenung sendirian di kamarnya. Ia menanti datangnya secerca kebahagiaan yang entah kapan datang. Hatinya hampa tanpa ada hiasan dalam jiwa.
            “Toktoktok...Toktoktok...Toktoktok....” terdengar suara ketokan pintu yang mengusik lamunannya.
            “Siapa di situ? Masuklah, pintunya nggak dikunci kok, ”kata Syeilla sembari mengarahkan pandangannya ke arah daun pintu itu.
            “Ini bibik, non, ” jawab seseorang yang sepertinya yang mengetok pintu tadi sembari masuk ke kamar Syeilla.
            “Oh..bibik toh. Ada apa, bik? ”
            “Begini non, ada teman non Syeilla yang datang untuk menanyakan sesuatu hal yang penting katanya. Dia lagi nunggu di ruang tamu sekarang  “
            “Oh memangnya siapa? “
            “Itu lho Non Kiky temen sekelas Non Syeilla, “
            “Baik, bi. Terima kasih ya”
            “Ya, sama-sama, “
            Syeilla pun melangkah menuju ke ruang tamu untuk menemui Kiky dan tak lupa membawakan mimuman serta cemilan untuk sahabat dekatnya tersebut.
            “Tumben datang ke rumahku malam-malam. Ada angin apa nih? “
            “Angin ribut, La, “
            “Ah kamu tuh bisa aja, “
            “Gini loh aku tuh datang ke sini mau ngasih tau kamu bahwa kamu itu terpilih membacakan puisi untuk acara hari ibu besok,  “
            “Kok dadakan sih? Aku jadi belum ada persiapan apapun. Apalagi puisinya pasti hasil karya sendiri kan?  “
            “Ya. Hehehe, maaflah aku juga baru dikasih tahu Bu Klafa sewaktu ketemu saat pulang sekolah tadi kok  “
            “Oh..gitu. Kira-kira aku bisa nggak ya?  ”
            “Aku yakin kamu pasti bisa deh!! Kamu kan jago kalau suruh buat dan baca puisi, istilahnya udah masternya deh, “ kata Kiky penuh semangat.
            “Kamu bisa aja. Tapi aku harus buat puisi apa ya, kan aku nggak pernah merasakan kasih sayang dari sosok ibu? “ mulai terlukis kesedihan di wajahnya.
            Kiky pun baru menyadari kalau sahabatnya itu sudah kehilangan ibunya sejak lahir. Dia jadi merasa tidak enak hati akan apa yang ia ucapkan sedih dari tadi telah membuat Syeilla menjadi sedih.
            “Bagaimana kalau tentang ayah? Aku yakin kau pasti bisa membuatnya, “
            “Semoga saja, kalau itu juga boleh. Kan acaranya hari ibu masak puisinya tentang ayah sih. Nggak nyambung kan? “ jawabnya dengan nada lesu
            “Kok kamu kelihatan putus asa gitu sih? Harusnya kamu bersemangat dong!!!!!!!!  Karena dengan cara ini mungkin saja ayahmu dapat menerimamu! Dan aku yakin pasti boleh. Nanti biar aku yang ngomong sama Bu Klafa deh, “ hibur Kiky yang memang sudah tahu apa yang telah terjadi pada sahabatnya selama ini.
            “Amiiin, “ mulai tumbuhlah bunga-bunga bahagia dari dirinya.
            Selama beberapa menit, mereka berdua pun mengobrol tentang apa yang harus Syeilla persiapkan saat acara hari ibu di sekolah besok. Syeilla bingung dia harus senang atau tidak mendengar berita itu. Karena dia belum ada persiapan sama sekali. Apalagi puisi yang ia bacakan harus karyanya sendiri. Tapi Kiky, sahabatnya memberikan dukungan yang besar untuk Syeilla supaya tidak menyerah dan terus bersemangat. Ia Kiky yakin bahwa Syeilla pasti bisa.
            Karena waktu sudah semakin malam, Kiky pun pamit pulang. Syeilla mengantarkan Kiky sampai depan gerbang rumahnya. Bersamaan dengan pulangnya Kiky, Ayah Syeilla pulang dari bekerja. Syeilla menyabut kepulangan ayahnya dengan suka cita. Tapi, sang ayah sama sekali tak memperdulikannya dan masuk ke dalam rumah begitu saja membiarkan Syeilla di luar rumah sendirian. Kecewa pun melanda dirinya. Syeilla pun masuk ke dalam rumah dengan wajah sedih dan langsung menuju ke kamarnya sambil menahan air mata. Sang bibik yaitu Bu Aminah pun juga ikut sedih melihat sang majikan. Bu Aminah pun menghampiri Syeilla dan berusaha menghiburnya.
            “Udah non jangan sedih dong, nanti bibik jadi ikutan sedih nih, “
            “Bibik, sebenarnya apa sih salahku, kenapa ayah tak pernah menganggapku? “ kata Syeilla yang menangis sambil memeluk pembantunya tersebut.
            “Non Syeilla tak salah kok. Bukannya tuan tak menganggap non. Tapi mungkin saja tadi tuan lelah jadi tak menyadari keberadaan non Syeilla deh, “
            “Tidak mungkin jelas saja aku ada di hadapannya, bik. Apa munkin aku bukan anak kandung ayah? ”
            “Enggak kok, non. Non Syeilla itu anak kandung tuan kok. Jangan pernah berpikir seperti itu non! “
            “Lalu mengapa ayah tak pernah bersikap perhatian kepadaku? Apa ayah tak menyayangiku? “
            “Saya yakin tuan sayang sekali sama non kok. Percayalah waktu yang akan membuktikannya, “ kata Bu Aminah yang mencoba menghibur Syeilla.
            “Semoga saja apa yang bibik katakan benar-benar terjadi, “
            Setelah beberapa saat, akhirnya Syeilla pun mulai tenang dan bisa tidur dengan lelap. Melihat keadaan majikannya itu, Bu Aminah merasa tak tega dengan apa yang dialami Syeilla saat ini. Padahal anak seusianya seharusnya mendapat kasih sayang dan support dari orang tuanya. Terlebih untuk anak yang harus kehilangan ibunya dari lahir. Hal ini sangat menusuk hati Bu Aminah yang sudah 15 tahun mengurus Syeilla sejak bayi. Baginya Syeilla merupakan anak yang sangat baik dan cerdas. Dia juga tak pernah memandang rendah orang lain yang lebih rendah derajatnya. Namun apa dikata hidup memang tak selalu berjalan seperti apa yang diinginkan. Bu Aminah hanya berharap kelak majikannya itu akan hidup bahagia.
            Pagi hari cerah, burung-burung berkicau dengan indah melantunkan lagu surga yang menyejukkan jiwa. Di dalam sebuah ruangan sempit, ada seorang gadis cantik melontarkan kata demi kata yang terurai menjadi puisi yang indah yang membasahi relung jiwa. Suaranya yang lembut bak belaian kain sutra, membuat orang yang mendengar serasa di taman kedamaian. Penuh penghayatan dan perasaan yang teramat dalam.
            Namun tiba-tiba....
            “Syeil, sudah siap belum? “ panggil sesosok wanita dewasa yang menghampirinya.
            “Belum, Bu. Saya grogi nih, takut kalau ada yang salah nanti. Dan sepertinya saya tidak pantas mengisi acara ini. Puisi saya sangat jelek, “
            “Kamu jangan berbicara seperti itu dulu dong! Puisi yang kamu buat itu sangaaaaatttt bagus, dan ibu yakin kamu pasti bisa. Kamu juga terlihat sangat cantik sekali seperti bidadari dari khayangan,  “
            “Ah ibu bisa saja memujinya. Saya jadi malu, “
            “Hahaha............ namanya juga Bu Klafa pasti pandai memuji dong......”
            Suasana yang tadinya terlihat lumayan menegangkan lama-kelamaan melebur menjadi tawa. Syeilla pun lebih terlihat siap dari sebelumnya. Namun yang masih ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Akankah sosok yang diharapkannya datang untuk sekedar mendengar puisi yang susah payah dibuat untuk sosok tersebut. Dan sosok itu adalah Pak Dafis, ayah kandung Syeilla yang selama 15 tahun selalu menggapnya bagaikan angin lalu. Doa yang tercurah dari bibirnya, terus saja berisi sama yaitu agar sang ayah datang dan ia dapat mempersembahkan untaian kata untuk separuh jiwanya itu.
            “Ya Allah, aku mohon agar ayah datang dalam acara malam ini agar dia dapat mengetahui betapa besarnya ombak sayangku padanya. Karena ini untuk pertama kalinya aku ada di depan panggung. Aku harap Ayah bangga dan ada di barisan pertama dari beberapa deretan yang ada. Aku rela jika hal ini terjadi untuk pertama dan terakhir kalinya, “ ujarnya dalam hati yang penuh pengharapan.
            Bu Klafa yang sudah sangat mengenal murid kesayangannya itu sangat tahu sekali apa yang sedang dirasakan Syeilla. Namun dia mencoba tak bertanya apapun tentang kehadiran ayah Syeilla. Dia hanya bisa mencoba membuat suasana menjadi bersemangat.
            Beberapa saat kemudian, acara dimulai. Kerumunan orang satu per satu mulai datang dan memenuhi bangku yang sudah disediakan. Para orang tua sudah tak sabar melihat penampilan anaknya masing-masing. Pandangan Syeilla pun kesana-kemari mencari sosok yang ia harapkan kedatangannya. Tapi tak sekalipun dilihatnya sosok itu. Wajah murung mulai menghiasi dirinya.


Bersambung.......

0 komentar :

Posting Komentar